MUNGKIN Albert Einsten akan mengatakan, beri aku seekor jangkrik, maka akan aku beri tahu besarnya temperatur, seandainya saja ia tahu hewan jangkrik bisa memberitahukan besarnya temperatur. Apakah jangkrik ini bisa berbicara? Sesungguhnya adalah ya. Tentu bukan dalam bahasa manusia, tetapi sesama jangkrik. Lalu bagaimana cara memberi tahu temperatur bisa terjadi? Sebenarnya tidak sepenuhnya jangkrik memberi tahu hal ini. Hanya manusialah yang begitu cerdik memanfaatkan respons sang jangkrik terhadap lingkungannya. Kita hanya tinggal menghitung jumlah derikan dari sang jangkrik.
Semudah itukah? Ya, memang semudah itu. Hampir semua hewan berdarah dingin menjalankan fungsi tubuh mereka jauh lebih cepat ketika temperatur menjadi lebih tinggi. Silakan perhatikan perbedaan kecepatan lari seekor semut pada saat cuaca dingin dan panas. Sang jangkrik pun bukan termasuk pengecualian. Hukum alam telah merancang sedemikian rupa derik mereka sebagai penyesuaian diri secara langsung terhadap temperatur. Kita hanya perlu beberapa buah rumus yang begitu sederhana untuk memahami perilaku mereka.
Semua makhluk hidup diatur melalui reaksi-reaksi kimia (dalam hal ini faktor kimiawi yang sedikit lebih berperan dibandingkan faktor biologi). Pada umumnya reaksi kimia berjalan lebih lambat pada temperatur yang lebih rendah, sebaliknya, ia akan berjalan lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi.
Kita mungkin masih ingat, bahan kimia tidak dapat bereaksi dengan bahan kimia yang lain kecuali molekul-molekulnya saling bertemu, seperti air dengan sirup. Ketika temperatur meninggi, gerak molekul-molekulnya semakin cepat. Konsekuensinya, molekul-molekul ini lebih sering bertumbukan dan bereaksi satu dengan lainnya. Pelajaran kimia mulai dari sekolah hingga perguruan tinggi sepakat tentang aturan sederhana, kecepatan reaksi akan meningkat dua kali lebih cepat ketika temperatur meningkat 10 derajat Celsius.
Kabar baiknya, manusia sebagai makhluk berdarah panas dapat mempertahankan temperaturnya secara konstan. Kenyataannya, jangkrik akan berderik lebih cepat ketika mereka merasakan temperatur yang lebih hangat, jangkrik mana pun pada umumnya akan berderik dengan irama dasar yang kurang lebih dapat dianggap sama.
**
BERIKUT ini adalah cara mengukur temperatur dengan memanfaatkan derik seekor jangkrik. Pertama, hitung jumlah deriknya selama kurang lebih lima belas detik, kemudian tambahkan jumlah derik tadi dengan empat puluh. Itulah angka temperatur dalam skala Fahrenheit. Kedua untuk satuan Celsius, dengan cara menghitung deriknya selama kurang lebih delapan detik, kemudian menambahkannya dengan angka lima.
Hal yang harus diperhatikan adalah, sang jangkrik selalu memberi tahu pengukuran temperaturnya di mana pun saat berderik, namun saat di luar ruangan. Jadi, temperatur yang ditunjukkannya kemungkinan berbeda dengan temperatur dalam kamar, ruang tamu, kecuali sedang berada di halaman atau kebun ketika sang jangkrik berderik.
Ternyata mengenal lebih jauh mahluk yang satu ini akan membawa pada pemahaman yang lebih mendalam mengenai alam. Alam dan kehidupannya bisa saling melengkapi. Tinggal manusia, apakah mau menghargai alam ini ataukah tidak. Jangkrik lebih layak dijadikan sahabat dalam menunjukkan temperatur dibandingkan harus mengalami pengalaman pahit dalam arena adu jangkrik yang sering dilakukan beberapa orang.

OLEH : Hardy Sahruwardi, S.Si

Comments (0)